INFORADAR.ID - Badak bercula satu, yang juga dikenal sebagai badak aksial, adalah salah satu spesies yang paling menarik dan misterius di dunia satwa.
Dengan karakteristik unik yang membedakannya dari badak lain, badak bercula satu menjadi pusat perhatian para ahli dan penggemar satwa liar.
Sayangnya, badak bercula satu juga merupakan spesies yang terancam punah dan menghadapi sejumlah ancaman terhadap kelangsungan hidupnya.
Badak Ujung Kulon (Rhinoceros sondaicus) adalah salah satu keajaiban alam Indonesia dan merupakan spesies langka yang terancam punah. Penting bagi ekosistem dan budaya Indonesia, sayangnya badak bercula satu ini menghadapi krisis kelangsungan hidup.
BACA JUGA:Tugu Cibaliung, Monumen Peringatan Pahlawan di Kabupaten Pandeglang
Badak Ujung Kulon, yang juga dikenal sebagai badak Jawa, adalah salah satu dari lima spesies badak yang masih ada di dunia saat ini.
Tidak seperti badak Asia yang memiliki cula besar, badak bercula satu Ujung Kulon memiliki ciri khas kulit berwarna abu-abu kecokelatan dan cula yang pendek.
Cula badak ini lebih menyerupai punggung bukit dan tidak mencapai ukuran cula badak lainnya. Panjang tubunya mencapai 2,2 hingga 3,2 meter dan 1,4 sampai 1,7 meter untuk tinggi bahunya.
Mereka memiliki berat antara 900 hingga 2.300 kg dan memiliki telinga yang besar dan sensitif, penglihatan yang buruk namun memiliki penciuman yang tajam.
Badak bercula satu pada awalnya banyak ditemukan di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Thailand, Malaysia dan Myanmar.
Namun, seiring berjalannya waktu, populasinya telah menurun dan sekarang hanya ditemukan di daerah yang sangat terbatas, terutama di Taman Nasional Ujung Kulon di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, Indonesia.
Dan berkat keberadaan badak bercula satu di Tmaan NAsional ujung Kulon, Kabupaten Pandeglang pun dijuluki sebagai "Kota Badak".
Namun, badak Ujung Kulon menghadapi sejumlah ancaman terhadap kelangsungan hidupnya. Perburuan liar merupakan ancaman terbesar bagi badak ini.
Cula badak telah menjadi komoditas yang sangat dicari di pasar gelap, terutama di negara-negara Asia, karena manfaatnya sebagai obat dan nilai estetika.
Permintaan cula badak ini mendorong para pemburu liar untuk melakukan perburuan secara ilegal dan membunuh badak secara brutal. (*)