JAKARTA, INFORADAR.ID --- Kementerian Kesehatan menyampaikan kabar baik terkait alat kesehatan impor. Jika pada tahun 2019-2020 alat kesehatan impor mencapai 88 persen, namun pada tahun 2021-2022 tinggal 70 persen atau terjadi penurunan 18 persen selama dua tahun ini.
Selain itu, saat ini 7 dari 14 jenis vaksin sudah diproduksi di dalam negeri. Yang lebih menggembirakan, 7 dari 10 bahan baku obat jufa sudah diproduksi di Indonesia.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebutkan penurunan terlihat dari rendahnya transaksi pembelian alkes impor pada Katalog Elektronik Sektoral Kesehatan Tahun 2022.
“Dalam dua tahun terakhir penggunaan alat kesehatan impor menurun sebesar 18%, dari 88% di tahun 2019-2020 menjadi 70% di tahun 2021-2022, kita patut bersyukur atas kabar baik ini,” ungkap Menkes Budi Gunadi Sadikin, sebagaimana dikutip dari laman Kementerian Kesehatan, Jumat, 23 Desember 2022.
Menkes menjelaskan, penurunan penggunaan alat kesehatan impor salah satunya dipengaruhi oleh implementasi transformasi kesehatan pilar ketiga yakni transformasi ketahanan sistem kesehatan yang saat ini sedang dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan.
Pada pilar ini, Menkes menyampaikan bahwa Kemenkes menerapkan kebijakan subtitusi impor dan freeze produk alat kesehatan impor di E-Katalog sektoral. Dengan demikian, transaksi penggunaan alkes dalam negeri lebih optimal.
Berdasarkan data transaksi alat kesehatan dalam e-catalogue LKPP tahun 2019 – 2020 dan data sistem Regalkes, dilaporkan dari 19 jenis alat kesehatan yang banyak ditransaksikan by volume dan value, sekitar 16 jenis sudah dapat diproduksi di dalam negeri, sedangkan sisanya masih impor.
Selain alkes, peningkatan produksi juga dilakukan pada vaksin dan obat-khayan. Merujuk pada data yang sama, sekarang ini sebanyak 7 dari 10 bahan baku obat telah diproduksi di Indonesia, yang mana 3 diantaranya diproduksi di tahun 2022.
Kemudian untuk vaksin, saat ini 7 dari 14 jenis vaksin program dan TBC sudah diproduksi di Indonesia. Ketujuh jenis antigen vaksin tersebut diantaranya vaksin BCG, Difteri, pertusis, tetanus, Hepatitis, influenza dan polio.
“Sementara sisanya, dari 7 antigen vaksin (impor), 5 diantaranya sudah dalam tahap transfer teknologi untuk diproduksi di dalam negeri, kita harapkan dalam waktu dekat sudah bisa diproduksi disini,” ujar Menkes.
Menkes menyebut dari data tersebut diketahui bahwa beberapa jenis alkes, obat dan vaksin telah mampu dipenuhi dalam negeri. Tak hanya itu, jenis produsen dan izin juga terindikasi meningkat sejalan dengan kebutuhan di pelayanan kesehatan.
Meski begitu, pihaknya menegaskan bahwa peningkatan produksi vaksin, obat dan alat kesehataan masih perlu ditingkatkan seiring peningkatan kebutuhan sediakan farmasi dan alat kesehatan dalam negeri. Untuk mewujudkannya, Menkes mengharapkan dukungan dari seluruh komponen bangsa sisi pemerintah pusat, pemerintah daerah, rumah sakit, dan dunia usaha.
“Kemandirian alat kesehatan ini adalah salah satu cita-cita bangsa Indonesia. Karenanya saya tidak bisa bekerja sendiri, kita harus inklusif agar apa yang kita impikan dapat terwujud,” tutup Menkes.