6 Catatan Serba-serbi dari Pelaksanaan Muktamar 48 Muhammadiyah

Selasa 22-11-2022,06:41 WIB
Editor : M Widodo

SOLO, INFORADAR.ID --- Muktamar 48 Muhammadiyah yang berlangsung di Surakarta telah usai, beberapa hari lalu. Namun, ada beberapa catatan menarik yang sayang kalau terlupakan. 

Seperti diketahui, Muktamar ke-48 Muhammadiyah-‘Aisyiyah resmi ditutup, Ahad (20/11) di Edutorium KH Ahmad Dahlan UMS oleh Wakil Presiden RI, Ma’ruf Amin. 

Dalam perhelatannya terdapat beberapa catatan menarik yang perlu diingat, berikut beberapa catatan penting-menarik yang penting untuk diingat berkaitan dengan Muktamar ke-48 Muhammadiyah sebagaimana inforadar.id kutip dari laman resmi Persyarikatan Muhammadiyah: 

1. PERTAMA DALAM SEJARAH

Catatan pertama tentu adalah tentang pucuk pimpinan Muhammadiyah. Muktamar ke-48 Muhammadiyah menetapkan Haedar Nashir sebagai Ketua Umum dan Abdul Mu’ti sebagai Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah periode 2022-2027.

Pasangan duet dua periode Pak Ketum, Haedar Nashir dan Mas Sekum, Abdul Mu’ti ini baru pertama kali terjadi dalam sejarah pucuk PP Muhammadiyah. Tidak pernah terjadi sebelumnya, Ketum dan Sekum PP Muhammadiyah yang formasinya sama selama dua periode.

Apakah ini bertanda eksklusifitas dan tersendatnya kaderisasi kepemimpinan di Muhammadiyah ? Tidak juga, sebab untuk periode kepemimpinan 2022-2027 ini ada empat nama baru yaitu Prof. Hilman Latief, Prof. Syamsul Anwar, Kiai Saad Ibrahim, dan Prof. Irwan Akib.

Bahkan Irwan Akib merupakan sejarah baru bagi Muhammadiyah, sebab menjadi Ketua PP Muhammadiyah pertama yang merepresentasikan Indonesia Timur.

2. DIMUNDURKAN

Kedua, mirip dengan Muktamar ke-41 tahun 1985 yang juga diselenggarakan di Solo, setting tempatnya di Puro Mangkunegaran Solo.

Muktamar harusnya menjadi gelaran lima tahunan, tapi Muktamar 41 dan 48 tidak. Waktu dari kedua muktamar ini diundur beberapa tahun karena terjadi perpanjangan masa kepemimpinan.

Muktamar ke-41 atau di masa kepemimpinan Pak AR diperpanjang karena ada penerapan Asas Tunggal oleh Soeharto, karena itu periode kepemimpinan Pak AR menjadi yang terlama, yaitu 22 tahun. Sementara Muktamar ke-48 diundur karena dunia sedang dilanda pandemi covid-19. Menyebabkan kepemimpinan Haedar Nashir menjadi 7 tahun.

3. E-VOTING

Ketiga, sistem e-voting. Dalam pemilihan mulai dari Calon Tetap Anggota Tetap PP Muhammadiyah sampai pemilihan Anggota Tetap PP Muhammadiyah menggunakan sistem e-voting baik untuk pemilihan dan penghitungan suara. Sebenarnya pada dua muktamar sebelumnya sudah memakai sistem e-voting, tapi hanya pada proses penghitungannya saja.

4. MUKTAMAT TERCEPAT

Kategori :