Kisah Ratu Nilakendra, Raja Pajajaran Penganut Sekte Sesat yang Ditaklukkan Sultan Banten

Rabu 06-07-2022,16:20 WIB
Editor : M Widodo

INFORADAR.ID - Sepeninggal Prabu Siliwangi, Kerajaan Pajajaran yang pernah berdiri di Tatar Pasundan pada kisaran 1030 - 1579 Masehi terus mengalami kemunduran. Para penerusnya bergelimang dalam kenikmatan duniawi dan mengumbar nafsu syahwat. 

Kerajaan Pajajaran yang bercorak Hindu mencapai masa keemasannya saat diperintah oleh Prabu Siliwangi (1482 - 1521 M). Dan mengalami kehancuran saat diperintah oleh Ratu Nilakendra (1551 - 1567 M). 

Pada saat pemerintahan Ratu Nilakendra ini, Kesultanan Banten yang saat itu diperintahan oleh Maulana Yusuf melakukan penyebaran agama Islam ke wilayah pedalaman. Pada tahun 1579 M, Kesultanan Banten berhasil menaklukkan Kerajaan Pakuan Pajajaran. Dan, Islam makin menyebar luas ke hampir sebagian besar Jawa Barat. 

Dalam beberapa literasi, Pajajaran adalah ibukota dari Kerajaan Sunda. Hanya saja, orang-orang pada masa itu menyebut nama kerajaan dengan nama ibukotanya. Jadilah Kerajaan Pajajaran yang lebih populer hingga saat ini dibanding dengan nama Kerajaan Sunda. 

Dalam beberapa sumber disebutkan bahwa letak Kerajaan Pajajaran berada di suatu wilayah yang saat ini merupakan bagian dari Bogor, Jawa Barat. 

TANDA-TANDA KEHANCURAN 

Ratu Nilakendra mewarisi takhta kerajaan dalam kondisi suram pada tahun 1551 sampai dengan 1567 dari pendahulunya Ratu Sakti.

Kondisi Kerajaan Pajajaran yang diwarisi Ratu Nilakendra benar-benar penuh kekacauan. Rakyat mengalami kelaparan, situasi keamanan juga kian tidak menentu.

Namun, sebagai pewaris takhta dari trah Prabu Siliwangi dan Prabu Surawisesa, Ratu Nilakendra gagal membawa Kerajaan Pajajaran kembali ke masa keemasan.

Upayanya untuk mempercantik lingkungan kerajaan, tidak memperhatikan situasi dan kondisi masyarakat. Masalah pun kian berkecamuk. 

Beruntung Ratu Nilakendra diwarisi Kerajaan Pajajaran yang dalam kondisi terlindungi benteng alam maupun buatan dari pendahulunya yakni Prabu Surawisesa maupun Sri Baduga Maharaja.

Namun, di tengah keuntungan itu, Ratu Nilakendra seolah terbuai dan larut dalam ajaran-ajaran Tantra yang sesat. Kepemimpinannya pun kian mengkhawatirkan.

Berbagai kerawanan, gangguan kriminalitas dan chaos akibat raja yang semena-mena, berangsur membaik di kepemimpinan Ratu Nilakendra tahun 1551 sampai dengan 1567 M.

Kemunduran Kerajaan Pajajaran di era Ratu Nilakendra, sebenarnya sudah terlihat sejak era Ratu Sakti.

Ketika berkuasa Ratu Nilakendra atau Tohaan Dimajaya juga tidak lebih baik. Dia cenderung mementingkan diri sendiri. Bahkan terjerumus dalam aliran mistis keagamaan Tantra.

Kategori :