Salah satu saudaranya lalu memeriksa kamar mandi. Dia mencoba mencari tahu penyebab Nyai terjatuh.
Dia lalu keluar rumah dari pintu belakang. Dia menemukan pembalut wanita berlumuran darah berada di atas sebuah nisan.
Bagian belakang rumah saudara Nyai ini ternyata sebuah pemakaman umum.
Esok paginya, seorang dokter datang. Tubuh Nyai diperiksa. Dokter itu tidak menemukan gangguan kesehatan di dalam tubuh Nyai. Dokter itu akhirnya menyimpulkan bahwa Nyai terkena serangan asam urat.
Dokter lalu memberikan obat sesuai hasil diagnosanya. Namun, kesehatan Nyai tidak membaik. Nyai masih terbaring kaku di atas tempat tidur. Tidak bisa menggerakkan tubuhnya.
Nyai tidak dalam keadaan koma. Dia sadar ketika ada orang yang menjenguknya. Dia pun bisa merespons ketika ada orang yang mengajaknya bicara.
“Nyai, kamu kenapa?” tanya Sri ketika menjenguk Nyai.
Salah satu teman Nyai ini tidak mendapatkan jawaban. Nyai terlihat seolah ingin mengatakan sesuatu. Tapi tidak bisa. Hanya jari-jari tangannya yang bergerak.
Tiba-tiba, Sri melihat ada Kuntilanak laki-laki menggunakan baju merah. Sri melihat hantu ini memeluk Nyai. Kedua tangannya selalu memegangi telapak tangan Nyai.
Sri lari keluar. Dia ketakutan dan memberitahukan penglihatannya kepada ibu kandung Nyai. Namun, ibu kandung Nyai tidak menanggapi Sri dengan serius.
Keluarga Nyai akhirnya mencari pengobatan nonmedis. Seorang ahli spiritual didatangkan untuk menyembuhkan Nyai.
Keluarga Nyai mendapat penjelasan bahwa Nyai sakit karena kelakuannya. Akibat membuang pembalut wanita berlumuran darah haid ke kuburan.
Darah haid pertama Nyai itu telah diminum oleh Kuntilanak laki-laki berwarna merah. Makhluk halus jenis ini disebutkan lebih kuat dan lebih jahat dari Kuntilanak perempuan.
Kuntilanak laki-laki ini juga menyukai Nyai. Dia berniat membawa Nyai ke alamnya.
Sayangnya, ahli spiritual kewalahan. Dia tidak mampu menyembuhkan Nyai.
Nyai akhirnya meninggal dunia setelah satu pekan sakit. Pas hari Jumat. Selepas asar.