Fenomena Cagongjok, Rojali Rohana Versi Korea Selatan
Ilustrasi [email protected]
INFORADAR.ID - Fenomena cagongjok akhir-akhir ini jadi bahan obrolan hangat di kalangan anak muda Korea Selatan.
Kebiasaan ini juga dianggap telah membentuk budaya baru dalam cara masyarakat memanfaatkan ruang publik.
Fenomena cagongjok menggambarkan pola hidup generasi muda yang menjadikan kafe bukan lagi sekadar tempat nongkrong, melainkan ruang untuk belajar maupun bekerja dalam waktu lama.
Menariknya, hal ini memicu pro dan kontra karena sebagian pelanggan lain dan pemilik kafe merasa dirugikan.
Kondisi fenomena cagongjok tersebut membuat banyak pengusaha kafe harus mencari strategi agar bisnis tetap berjalan.
BACA JUGA:Aksi Tolak Sampah dari Tangsel ke Pandeglang Dibatalkan, Tekanan Warga Mereda
BACA JUGA:Strategi Finansial Gen Z: Melek Investasi, Tapi Masih Terjebak Gaji ke Gaji
1. Asal Mula Istilah Cagongjok
Kata cagongjok merupakan gabungan dari cafe, gongbu yang berarti belajar dalam bahasa Korea, dan jok yang berarti kelompok.
Secara harfiah, istilah ini merujuk pada komunitas yang menghabiskan waktu di kafe untuk belajar atau bekerja.
Istilah ini populer karena mencerminkan realitas sehari-hari mahasiswa maupun pekerja lepas yang lebih nyaman berkegiatan di kafe ketimbang di rumah.
Selain karena fasilitas internet yang stabil, suasana kafe juga dianggap lebih mendukung konsentrasi dan membuat mereka betah berjam-jam.
2. Kafe Berubah Jadi Kantor Kedua
Bagi para pemilik kafe, keberadaan cagongjok sering kali menimbulkan dilema.
Banyak pengunjung hanya memesan satu minuman lalu menduduki meja sepanjang hari.
Seperti dialami Hyun Sung-joo, pemilik kafe di kawasan Daechi, Seoul, yang pernah mendapat pelanggan membawa dua laptop sekaligus ditambah stop kontak enam colokan.
Agar usahanya tidak merugi, Hyun akhirnya menutup akses listrik supaya meja tidak dikuasai seharian.
BACA JUGA:Drama Korea Twelve Hadirkan Aksi 12 Malaikat Penjaga
BACA JUGA:Mantap! Netizen Asing Ramai Dukung Ojol Indonesia di Tengah Demo
3. Langkah Starbucks Korea
Melihat tren yang semakin meluas, Starbucks Korea pun menyesuaikan kebijakan.
Mereka tetap memperbolehkan pengunjung menggunakan laptop atau perangkat kecil, namun melarang masuknya peralatan besar seperti PC desktop maupun printer.
Kebijakan ini dinilai sebagai kompromi untuk menjaga kenyamanan semua pelanggan.
4. Fenomena yang Menyebar ke Negara Lain
Kebiasaan bekerja di kafe sebenarnya juga ada di berbagai negara, tetapi tidak sekuat di Korea Selatan.
Contohnya di Inggris, mahasiswa dan pekerja lepas memang sering bekerja di kedai kopi, namun mereka masih bercampur dengan pengunjung lain yang datang hanya untuk bersantai.
Dengan begitu, fenomena ini tidak sampai menimbulkan kontroversi sebesar di Korea.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
