Disway Award

‎Sudah Tayang, Ini Rangkuman Kontroversi Film Animasi Merah Putih: One For All

‎Sudah Tayang, Ini Rangkuman Kontroversi Film Animasi Merah Putih: One For All

Kontroversi film Merah Putih: One For All-Cinepolis Indonesia -YouTube

‎INFORADAR.IDFilm animasi Indonesia Merah Putih: One For All, yang dirilis bertepatan dengan HUT ke-80 Kemerdekaan RI, menjadi topik panas.

‎Film ini, yang diproduksi oleh Perfiki Kreasindo dan disutradarai oleh Endiarto dan Bintang Takari, menuai gelombang kritik dan perbincangan sengit dari warganet, meskipun mengusung tema nasionalisme yang menggugah.

‎Sejak trailer dan poster resmi film Merah Putih ini dirilis, warganet ramai mengkritik kualitas animasi yang dinilai jauh dari standar layar lebar. 

‎Bahkan, banyak yang membandingkannya dengan film animasi Indonesia seperti Jumbo, yang sukses menarik 10 juta penonton, serta animasi internasional seperti Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba.

‎Komentar seperti, “Visualnya kaku, kayak cover CD bajakan,” dan “Sebagai animator 3D, ini adalah aib,” mencerminkan kekecewaan publik terhadap kualitas grafis dan detail teknis, seperti suara burung yang tidak realistis hingga kehadiran senjata M4 di gudang desa yang dipertanyakan.

‎Kritik tajam dari warganet hingga Ketua Badan Perfilman Indonesia(BPI), Gunawan Panggaru setuju dengan pembatalan tayang film Merah Putih di bioskop.

‎Merangkum dari berbagai sumber berikut alasan kenapa banyak yang setuju film Merah Putih: One for All tidak boleh tayang di Bioskop.

Anggaran Rp6,7 Miliar

‎Isu anggaran produksi sebesar Rp6,7 miliar juga menjadi sorotan utama. Banyak warganet mempertanyakan apakah dana tersebut sepadan dengan hasil animasi yang ditampilkan. 

‎Seorang pengguna X menulis, “Proyek ini jelas indikasi money laundry, mana ada studio bikin film kualitas ampas kalau niat cari penonton?”.

‎Namun, produser Toto Soegriwo membantah tudingan bahwa dana berasal dari pemerintah, menyebutnya “fitnah keji” dan menegaskan bahwa film ini dibiayai secara independen. 

‎Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Irene Umar, juga menegaskan bahwa pemerintah tidak memberikan dana langsung, hanya masukan melalui audiensi.

‎Dugaan Plagiat dan Penggunaan AI

‎Kontroversi makin memanas dengan tuduhan bahwa film ini menggunakan karakter 3D yang diduga menjiplak karya animator asal Pakistan, Junaid Miran, serta memanfaatkan AI dalam proses produksi.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: